Mengajar Ngaji

Mengaji Mengaji Dan Mengaji
Bukan perkara yang mudah mulai dari kelas 2  SD sudah mulai disuruh mengaji pertama kalai mengaji, diajarkan oleh Ibu Nurdin yang sekarang sudah almarhum, pagi sesudah mandi setelah tayangan Film Casper jam pelajarn ngaji dimulai, Alm.Bu Nurdin terkenal galak dimataku seringnya kena bentak dan kena sentil menggunakan lidi penunjuk Al-Quran apabila lupa huruf Hijaiyah ingat betul ketika datang kerumah Ibu Nurdin kami berempat saya, kakak perempuan saya dan Mba Ita juga Mia yang menjadi tetangga kami mengaji bersama, walaupun dalam perjalanan yang bertahan hanya tinggal saya dan kakak saya, mungkin karena terkesan angker dan galak Mba Ita dan Mia sudah enggan untuk mengaji bersama lagi. Terlebih Mia yang mempunyai kebiasaan yang sama dengan ku selalu basah telapak tangannya apabila merasa takut atau tertekan yang setelah dewasa baru ku ketahui bahwa itu adalah kelebihan kelenjar di ketiak info mbah Google.
Jam menunjukan pukul 09.00 pagi dan Film Casper baru berjalan setengahnya masih terngiang teriakan Mama ketika menyuruhku untuk mengaji.Indraaaaa matikan dulu TVnya nanti lagi nontonnya berangkat ngaji ujar mama setiap pagi yang akbrab di telingaku berasama dengan kakak ku Maylani , akhirnya dengan langkah gontai berangkat juga menuju rumah Bu Nurdin yang berbeda beberapa  gang dengan rumah kami di Cikutra tahun 88/89nan udara masih terasa dingin walaupun jam sudah menunjukan pukul 09.00 pagi, berdua bersama kakakku nyamper dulu ke rumah Mia dan Mba Ita yang kakak beradik entah kemana sekarang, sudah lama tidak pernah bertemu juga. Berangkat berempat kerumah Ibu Nurdin yang walaupun selanjutnya hanya kami berdua yang terus mengaji sampai ke Al-Quran Besar dengan Bangga menenteng Al-Quran Besar yang sebelumnya bukan Al-Quran melainkan buku yang bertuliskan Arab Gundul dengan sampul berwarna merah baru pada tahun 90an lah Iqro mulai diperkenalkan sebelumnya Buku merah itulah yang ku tenteng ke Tempat Bu Nurdin Ketika akan mengaji.
Bu Nurdin guru ngaji kami yang terkesan galak sebenarnya punya hati yang baik dan perhatian setelah mengaji kadang kami diperbolehkan mencicipi Kue yang ada di meja makannya walaupun hanya kadang kadang saja, Bu Nurdin mempunyai anak perempuan yang ketika itu sudah milai beraiaran di salah satu radio yang saya lupa radio apa karena pada saat itu menurutku biasa saja menjadi seorang penyiar seperti anaknya Bu Nurdin tapi entah mengapa Kakakku sepertinya sangat antusias ketika Bu Nurdin menyampaikan bahwa anaknya akan siaran nanti dengarkan ya ujarnya, perbincangan setelah mengaji. Iya ujar kakaku dengan segera dan dengan sorot mata yang berbinar binar walaupun setelah dewasa ternyata saya sendiri tertarik untuk bersiaran dan berkenalan dengan dunia broadcasting yang satu ini. Walaupun belum sempat kesampaian, singkat cerita ketika mengaji Bu Nurdin tidak segan segan untuk membentakku Indra ini huruf Apa, ketika huruf Hijaiyah itu hilang dalam ingatanku segera lidi yang ada di tangannya di hentakan dengan keras pada buku bersampul merah yang sudah menguning itu tidak jarang mengenai tanganku aduh nyerinya irang sunda bilang peureus sodara. Mmmhh..mmhhh... ini huruf Kho. Ujar bu nurdin dengan suaranya yang mulai meninggi huruf apa ? Ujarnya sekali lagi bertanya padaku Kho bu, dan hampir menitik air mataku, karena waktu kecil badanku sangat kurus dan kecil kakaku hanya melihat dan memperhatikan saja dengan sesekali berujar Indra ih si Indramah itu jawab dan aku hanya bisa tertunduk saja dengan mata yang sembab hampir menitikan air mata yang ada dalam pikirannku pada saat itu adalah, Bu Nurdin Jahat terlebih Ka Lani bisanya hanya menyalahkan ku saja itu yang aku rasakan. Dia ulangi kembali pertanyaannya ini huruf apa Indra? Ujarnya Kho jawabku, bukan ini ha bukan Kho kalau Kho ada titik di atas hurufnya kalau ha tidak ada titik, semakin merasa tertekan dan keringat dingin mulai mengalir di tanganku, semakin takut karena sebelumnya Mba Ita terkena bentakan yang sama denganku sebelum aku mulai mengaji kan Mba Ita dulu Mba Ita selalu mendapatkan tegura yang keras pada saat itu, itu yang membuatku semakin takut padahal mungkin pada saat itu Ibu Nurdin sesang tidak memarahiku melainkan nemarahi Mba Ita tapi aku melihatnya begitu takut dan khawatir kena marah juga. Karena mataku sudah menitikan air mata sehingga titik yang berada di atas huruf Kho dan huruf ha yang tidak ada titiknya tidak terlihat jelas oleh mataku ini yang menyebabkan huruf ha dan Kho selalu tertukar, terlebih melihat Mba Ita kena marah semakin hilang huruf-huruf hijaiyah itu di kepalaku. Terlebih Film Casper yang sesang seru serunya selalu melintas dalam kepalaku keburu habis nih caspernya ujarku dalam hati ingin segera berakhir saja belajar ngajinya tidak usah mengingat huruf hijaiyah tidak usah belajar mengaji lebih baik nonton casper itu yang ada dalam benakku. Hari demu hari akhirnya telah berlalu tidak terasa sudah hampir 1 tahun aku mengaji pada bu Nurdin bersama dengan Kakaku karena selanjutnya Mba Ita dan Mia sudah tidak pernah lagi mengaji sudah kehilangan asa dan sudah lari ketar ketir mentalnya sudah kena beda dengan saya dan kakak saya yang terus berjuang karena di dorong terus oleh Mama dan Papa jangan berhenti terus mengaji ujar nya ketika sudah datang malas jangan harap itu bisa menjadi alasanku untuk mundur dan tidak mengaji, yang kuingat terakhir Mia dan Mba ita mengaji ketika kami akan tampil di Masjid dekat rumah membacakan surat Alqoriah yang menceritakan mengenai ngerinya hari Kiamat saya kebagian Ayat Pertama dan kedua bersama artinya AlQoriah, MalQorah disambung Oleh Mia ayat selanjutnya disambung oleh kakakku dan disambung oleh Mba Ita sampai selesai begitu terus bersahutan kemudian secara bergantian membacakan artinya dari ayat yang kami baca tanpa melihat Alqurab melainkan harus di hafal, hari kiamat. Apakah hari kiamat itu? Begitu syahdu saya membacakan ayat itu sampai terakhir tiba di Kakak saya ketika gunung gunung berhamburan seperti kapas. Sodaqaulohuladzim berbarengan kami menutup pembaca ayat Alquran itu semua penonton berhamburan memberikan tepuk tangan yang begitu riuh karena kami berempat sempurna membacakan surat Alqoriah tanpa salah dan tanpa cacat, begitu bangganya kami berempat di elu elukan karena usia kami yang masih sangat kecil tetapi bisa nembacakan surat tersebut secara sempurna. Bangga dan mendesir darah dari ujung rambut sampai ujung kaki terasa hangat karena sebelumnya sangat tegang dan terasa dingin sekujur tubuhku tetapi ketika selesai semua terasa ringan. Beehasil bu nurdin mengajarkan pada kami mengaji dan menghafal surat Alqoriah sampai tamat dan sempurna. Diciuminya kami berempat.
Sampai tiba akhirnya kami sekeluarga harus pindah kerumah kami yang baru di Antapani Komplek Antapani terdapat gapura di JalanJakarta yang menyambut kedatangan kami yang sekarang sudah tidak ada lagi Gapura itu sekampung mengantarkan kami untuk pindah ke antapani dan saya sudah mulai masuk le kelas empat SD sedangkan kakak saya sudah mulai duduk di kelas Enam karena kami memang hanya terpaut 2 tahun saja usianya.
Dan disini saya harus berterimakasih pada Bu Nurdin , Mama, Papa yang tidak berhenti untuk menyuruhku mengaji di tempat yang baru saya begitu merasa sangat pintar mengaji langsung duduk bersama para senior karena sudah bisa mengaji dengan Alquran yang besar bangganya saya usia masih kecil tapi sudah bisa mengaji dengan lancar walaupun ilmu tajwidnya kurang pas kata Pak samsi yang menjadi guru ngaji saya yamg baru disini saya bertemu dengan Rudi Aka Entang aka Kentang yang sekarang menjadi seorang aktivis EO begitu akrabnya saya dengan Rudi yang sering dipanggil entang ini kemana mana di komplek selalu bersama bahkan kalau di pulang kampung saya selalu diajaknya serta, unik bodor dan apa adanya sosok entang yang satu ini tapi satu visi dengan saya nu penting Ibadah sampai akhirnya ketika SMP saya sudah mulai mengajar ngaji anak anak komplek sekitar rumah sampai saya duduk di Bangku kuliah dan sempat menjadi pembina IRMA juga sebagai pengurus DKM AlHikmah.

Postingan Populer